Kamis, 17 Oktober 2013

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Melalui Penggunaan Metode Belajar Kelompok



A.    Judul
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Melalui Penggunaan Metode Belajar Kelompok
B.     Penulis
Nama                     : Maswariah, A.Ma.Pd.
Tempat Tugas        : SD Negeri 4 Kertamukti
C.    Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Aktivitas dan Hasil Belajar, Siswa Kelas II SD, Materi Ajar Dokumen Keluarga Sebagai Bahan Cerita, Metode Belajar Kelompok
         Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas II II SD Negeri 4 Kertamukti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, yang disebabkan oleh pengelolaan KBM kurang efektif dan efisien. Akibatnya aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini kurang mencapai sasaran.Salah satu faktor penyebabnya adalah metode yang digunakan guru pada saat itu, kurang bervariasi, sehingga siswa merasa bosan.Untuk mengatasinya digunakan metode belajar kelompok. Uji coba upaya ini dilakukan melalui prosedur penelitian tindakan kelas oleh guru dan siswa di kelas ini, yang berkolaborasi dengan teman sejawat yang sama kepentingannya dalam hal ini. Setelah dilaksanakan selama dua siklus pembelajaran IPS tentang materi ajar/kompetensi dasar mengetahui dokumen keluarga untuk kepentingan sebuah cerita, baik aktivitas maupun hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.Oleh karena itu, ada baiknya upaya seperti ini terus menerus dilakukan, agar semakin lama tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPS di kelas II dapat tercapai oleh siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Ada baiknya pula hasil penelitian ini didayagunakan pula oleh guru lain yang berminat menindaklanjuti kasus serupa.

D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Fungsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengambil pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memilki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air.
Pencapaian fungsi dan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah menjadi penting untuk dapat dilaksankan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran fungsi dan tujuan tadi sebagaimana dijelaskan dalam Depdiknas (2009) bahwa bahan kajian IPS SD diorganisasikan mulai dari bagian pelajaranyang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas dan kompleks.... Tujuan merupakan tolok ukur pengalaman belajar yang harus dicapai oleh siswa setelah mempelajari satu atau beberapa pokok bahasan....... Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) guru baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan), dansosial serta sesuai dengan tingkat perkembangan Sekolah Dasar.
Akan tetapi karena bahan belajar IPS yang cakupannya beragam dan luas serta tuntutan kurikulum yang sarat dengan muatan yang harus disampaikan kepada siswa dengan lokasi waktu yang terbatas, guru mengalami kesulitan dalam menyajikan bahan ajar IPS dengan baik, menarik, dan menantang minat belajar siswa, pada akhirnya pembelajaran IPS yang dilaksanakan di setiap kelas, khususnya pada kelas II SD Negeri 4 Kertamukti adalah dengan melakukan pembelajaran untuk dapat mengejar target.
Tuntutan kurikulum dengan mengandalkan bahan belajar dari buku sumber IPS Kelas II yang tersedia.Metode mengajar yang selama ini dirasakan kurang cocok untuk menyampaikan materi ceramah sehingga upaya untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS masih kurang.
Perhatian orang tua siswa terhadap sekolah khususnya orang tua siswa Kelas II SD Negeri 4 Kertamukti dirasakan kurang.Akibat kurang perhatian orang tua siswa ini ditunjukan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah" (PR) dari mata pelajaran yang ada, lebih-lebih terhadap mata pelajaran IPS yang memang "budaya belajar" siswa terhadap mata pelajaran ini sangat rendah."Sering terdengar pengajaran IPS merupakan pelajaran yang kurang populer dl kalangan anak-anak" (Djoko Suradisastra, 1993:63). Kekurangpopuleran pelajaran IPS di kalangan siswa antara lain disebabkan: (1) hampir sebagian besar orang tua lebih mementingkan baca, tulis dan hitung saja sementara mata pelajaran IPS dianggap mata pelajaran kelas dua sehingga mau tidak mau sikap orang tua seperti ini akan mempengaruhi minat siswa terhadap mata pelajaran ini, (2) sifat dari mata pelajaran baca, tulis dan hitung lebih bersifat tegas dan pasti sementara mata pelajaran IPS tidaklah demikian, (3) banyak bahan pelajarannya telah diketahui oleh para siswa di luar buku pelajaran.
Sementara itu alat tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap setiap mata pelajaran yang diajarkan sering kali hanya mengukur kemampuan pengetahuan siswa. Demikian pula dalam mata pelajarm IPS, alat tes yang digunakan hanya melulu menekankan pada kemampuan siswa sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas II SD Negeri 4 Kertamuktiyang dilakukan oleh guru berusaha untuk membekali siswa-siswanya dengan bekal pengetahuan yang berupaya untuk bisa menjawab soal tes.
Dengan permasalahan yang digambarkan di atas, salah satu metode belajar mengajar yang dianggap dapat melibatkan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar IPS di antaranya adalah metode belajar secara berkelompok. Sebab dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar IPS akan dirasakan berkesan dan bermakna sekaligus dapat mendorong siswa belajar lebih lanjut. Melalui belajar secara berkelompok siswa dapat belajar untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah secara bergotong royong bahu membahu dalam mencapai tujuan.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa pada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa dalam pengembangannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru harus menjadi mediator dan fasilitator yang baik, sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, dalam belajar secara berkelompok siswa diarahkan agar mengembangkan sika-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan.pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif. mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong saling menghargai satu sama lain.
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dicoba diterapkan metode belajar secara berkelompok dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas II SD Negeri 4 Kertamuktimelalui tindakan-tindakan pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut.
b.      Rumusan Masalah
Ada empat pokok masalah yang dirumuskan untuk dijawab melalui penelitian ini, yaitusebagai berikut.
1.   Bagaimanakah siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya?
2.   Keterampilan-keterampilan apa sajakah yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya?
3.   Bagaimanakah metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas II SD Negeri 4 Kertamukti?
4.   Apakah metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa Kelas II SD Negeri 4 Kertamukti?
c.       Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang metode belajar secara berkelompok dalam upaya untuk melibatkan siswa pada kegiatan belajar mengajar IPS yang diusahakan dan diciptakan guru. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang bagaimana siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya;
2.  untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang keterampilan-keterampilan apa saja yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya;
3.  untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tentang sejauh mana metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa Kelas II SD Negeri Sukamukti I;
4.  untuk memenuhi salah satu syarat dalam usulan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional Guru dari Golongan IVa ke golongan IVb.
E.     Tinjauan Pustaka
a.      Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu dari mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPS adalah "mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan “sejarah" (Depdikbud, 1994 : 15). " Ilmu Pengetahuan Sosial " (IPS) berasal dari pada kata yang dianggap paling cocok untuk kata "Social Studies". National Council for Social Studies di Amerika Serikat mendifinisikan seperti itu.
IPS adalah sebuah mata pelajaran dasar kurikulum sekolah (TK s.d SMU) yang merupakan (1) mengambil tujuannya dari sifat kewarga negaraan suatu masyarakat yang demokratis yang berhubungan erat dengan bangsa-bangsa dan orang orang di dunia; (2) mengambil sebagian besar konten meteri pelajarannya dari sejarah, ilmu-ilmu sosial, dan (3) diajarkan dengan cara mereflesikan kesadaran pribadi, sosial dan ilmu pengalaman kultural dan perkembangan siswa. (h.26)
Fungsi mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia dimasa lampau dan masa kini.
Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta kepada tanah air.
Di Sekolah Dasar dan sekolah menengah, menurut Welton dan Millan (1989) IPS digabungakan dari berbagai disiplin ilmu sosial ke dalam satu mata pelajaran yang di sebut "IPS" atau "Social Studies". Penggabungan ini dimaksudkan untuk membantu siswa bisa melihat hubungan satu sama lain dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dalam IPS. Sebab hubungan ihi dianggap oleh siswa siswa kurang jelas bila setiap disiplin yang dikemukakan di atas diajarkan secara terpisah.Marker dan Mehlinger (1992: 831) menjelaskan bahwa :
IPS bukan sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, atau apapun namanya.Tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, nilai-nilai keterampilan, dan pengalaman yang mereka butuhkan untuk menjadi anggota masyarakat yang aktif.Kurikulum K-12 (TK s.d SMU) yang dirancang harus diarahkan kepada tujuan ini.Tentunya, siswa harus mempelajari semua disiplin ilmu yang telah ditentukan oleh pakar. IPS adalah inter disiplin ilmu yang mempunyai kekhususan sendiri.
Meskipun isi materi IPS dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, akan tetapi tujuan dan maksud IPS dengan ilmu sosial adalah berbeda. Hunkin et al. (1982) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Tujuan utama ilmu-ilmu sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan yang baru dan untuk menguji pengetahuan yang sudah ada tentang diri kita sebagai manusia.Akan tetapi pendidik mata pelajaran IPS tidak memperdulikan dengan menghasilkan ilmu sosial baru.Tujuan mereka adalah memberikan siswa sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi di masyarakat tingkat lokal, nasional dan masyarakat dunia.IPS secara nyata mempelajari tentang diri kita sendiri dan yang lainnya dan bagaimana kita berhubungan dengan orang dan dengan lingkungan.
b.      Pengertian Belajar Secara Berkelompok
Belajar secara berkelompok adalah metode mengajar dengan mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan atau membahas tugas yang dibebankan kepada kelompok tersebut.Menurut Moedjiono (Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 1999:148) disebutkan bahwa metode ini "menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama''. Belajar bersama dalam kelompok menekankan kepada lingkungan belajar untuk bekerja sama dalam mendorong interaksi antar siswa sehingga para siswa akan dapat saling memahami dan saling menghargai satu sama lain dalam hal pandangan-pandangan atau gagasan-gagasan terhadap suatu topik pembelajaran yang akan atau sedang dibelajarkan oleh guru.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika menerapkan metode belajar secara bersama dalan kelompok mempunyai peluang untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga pembelajaran macam ini akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui kegiatan belajar secara bersama dalam berkelompok, siswa dapat belajar lebih kreatif dalam menemukan dan memecahkan masalah. Siswa memahami bahwa melalui kerja sama dalam kelompok akan diperoleh banyak ide dan gagasan untuk dipertimbangkan. Melalui belajar secara bersama dalam kelompok siswa akan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran dengan metode belajar secara bersama dalam kelompok merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut kemampuan berfikir dan kemampuan memberikan umpan balik terhadap masalah yang dibahas secara bersama dalam kelompok.Aktivitas dalam kerjasama tampak bila dua atau lebih anggota dalam kelompok belajar secara bersama untuk mencapai tujuan.Dua elemen penting dalam kegiatan belajar secara bersama adalah kesamaan tujuan dan sikap saling tergantung antar anggota dalam kelompok tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan guru melalui metode belajar secara bersama dalam kelompok, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan bekerja secara dalam empat bidang kemampuan, yakni (1) kemampuan membentuk kelompok, (2) kemampuan bekerja bersama dalam kelompok, (3) kemampuan memecahkan masalah sebagai anggota kelompok belajar meliputi kemampuan mendefinisikan masalah, curah pendapat, mengklarifikasi ide, mengkonfirmasikan ide, mengorganisasikan informasi, (4) kemampum memahami serta menerima perbedaan mencakup kemampuan menerima negosiasi dan pendapat orang lain atau melihat mesalah dari sudut pandang yang berbeda.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa dalvn mengembangkannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar melalui penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok guru harus menjadi mediator yang baik sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik pula. Oleh karena itu, dalam belajar secara bersama dalam kelompok siswa diarahkan agar mengmbangkan sikap-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan, pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif, mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong mutual respect (Johnson dan Johnson, 1990)
c.       Pembelajaran IPS Melalui Metode Belajar Secara Berkelompok
Pembelajaran dengan menerapkan metode belajar secara bersama dengan membentuk kelompok-kelompok kecil di SD masih merupakan suatu dilema terutama dirasakan oleh guru-guru yang masih kurang terampil dalam menggunakan metode dan teknik belajar semacam ini. Siswapun akan merasakan bahwa pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang terapkan guru bukan merupakan pembelajaran yang sebenarnya. Para siswa pada umumnya masih menyangka bahwa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil ini adalah suatu pembelajaran yang harus berlangsung untuk menunggu pembelajaran yang akan dilakukan guru dengan metode ceramah. Padahal metode pembelajaran yang sama dalam kelompok-kelompok kecil seperti ini merupakan metode pembelajaran yang mempunyai kekuatan yang efektif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sulit bahkan tak mungkin bagi guru untuk belajar secara bersama satu sama lain apabila siswa hanya belajar secara klasikal saja. Lagi pula dalam pembelajaran yang bersifat klasikal hampir tak mungkin siswa dapat mengutarakan pendapat dan opininya kepada teman yang lainnya.Siswa yang terlibat diskusi dalam suatu pembelajaran klasikal harus menunggu lama untuk mendapatkan kesempatan berbicara (Welton dan Millan, 1988).
Pembelajaran IPS melalui penerapan metode belajar secara bersama mencakup hal-hal perkembangan kosep diri siswa, membantu siswa dalam mengenal dan menghargai masyarakat global yang multi budaya; lebih memperdalam proses sosialisasi-sosialisasi ekonomis, dan politik; memberikan pengetahuan masa lalu dan masa kini sebagai dasar untuk pembuatan keputusan; dan mendorong peranan partisipasi aktif di masyarakat yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa yang bisa dicapai melalui belajar secara bersama dalam kelompok.
Penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok menuntut guru untuk dapat mengelompokan siswa secara arif dan bijaksana serta profesional yang didasarkan kepada : (1) fasilitas yang tersedia untuk mendukung terlaksananya belajar secara bersama dalam kelompok, (2) perbedaan individual setiap siswa dalam hal minat belajar dan kemampuan belajarnya, (3) jenis tugas dan pekerjaan yang dibebankan, (4) wilayah tempat tinggal siswa, (5) jenis kelamin, (6) memperbesar partisipasi siswa dalam kelompok, dan (7) berdasar pada random (Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 1999).
Pembagian kelompok siswa dalam memilih anggota-anggotanya sebaiknya didasarkan atas kebervariasian atau heterogen dalam hal kemampuan belajar maupun jenis kelamin siswa agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik sehingga tidak terkesan berat sebelah dengan adanya kelompok yang kuat dan kelompok yang lemah.
Tujuan penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok menurut Moejiono (Permana dan Sumantri, 1999) adalah untuk; (1) memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama para siswa, (2) meningkatkan keterlibatan sosio emosional dan inteletual siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diterapkan guru dan (3) Meningkatkan perhatian kepada proses dan hasil dari kegiatan belajar mengajar secara berimbang dan profesional. Sementara itu, alasan yang melatar belakangi mengapa metode belajar secara bersama dalam kelompok perlu diterapkan dalam pembelajaran dan bahwa (1) siswa dapat bekerja secara bersama dengan anggotanya dalam satu kesatuan tugas, (2) agar siswa dapat mengembangkan kekuatan dalam mencari dan menemukan bahan untuk menyelesaikan dan melaksanakan tugas yang dibebankan tersebut, dan (3) agar siswa dapat beraktivitas secara aktif dalam belajarnya.
Penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok memiliki peluang untuk dapat membuat siswa terlibat aktif dalam mencari bahan untuk menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung jawab kelompoknya.Selain itu dengan menerapkan metode belajar bersama dalam kelompok dapat berpeluang lagi siswa untuk saling menggalang kerjasama kekompakan kelompoknya. Pengembangan kepemimpinan siswa dan keterampilan berdiskusi dalam proses kelompok merupakan kekuatan penerapan metode ini bagi siswa. Sementara itu penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok memiliki kekurangan bagi siswa yang kurang aktif sehingga siswa tadi kurang berperan dalam kelompoknya sementara siswa yang aktif dapat berperan dalam kelompoknya.
F.     Metodologi Penelitian
a.      Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada tindakan guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan refleksi dari kegiatan belajar mengajar tersebut.Upaya perbaikan terhadap kegiatan belajar mengajar berdasarkan permasalahan yang ditemui di dalam kelas merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk senantiasa melakukan perubahan-perubahan yang dirasakan perlu dari kegiatan belajar mengajar tersebut.Desain Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dirancang untuk dapat menyelesaikan satu pokok bahasan yang, akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan atau perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai seperti yang digambarkan pada pertanyaan penelitiannya. Untuk dapat melihat keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas II akan dilakukan terlebih dahulu pembelajaran IPS di Kelas II sebagai observasi awal dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan terlebih dahulu.
b.      Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu alternatif metode penelitian yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui tingkat kemajuan bidang pendidikan terutama bagi kepentingan kelas atau sekolah dimana guru itu mengabdikan ilmunya.
c.       Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 4 Kertamukti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada tahun pelajaran 2010/2011.
d.      Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data, di antaranya teknik observasi, teknik wawancara, teknik tes, dan teknik dokumentasi. Melalui observasi akan diketahui kondisi langsung kegiatan setiap siklus perbaikan pembelajaran IPS. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh tanggapan dari guru maupun siswa terkait dengan kegiatan yang sudah berlangsung.Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa dalam setiap siklus pembelajaran.Teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang sudah terkumpul.
e.       Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul dianalisis secara deskriptif, sehingga setiap kondisi yang berlangsung dan dampaknya dapat diketahui secara jelas.
H. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian
a)Perencanaan Tindakan
Berpijak dari kondisi dan keadaan kelas serta temuan data tentang kendala-kendala dan permasalahan yang ada yang dapat menghambat situasi belajar mengajar IPS yang lebih baik supaya terjadi peningkatan aktivitas belajar siswanya, peneliti berusaha untuk dapat mengatasi kendala-kendala dan persoalan tersebut dengan menganalisis untuk dimaknai selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan tindakan.
Perencanaan atau persiapan tindakan adalah berupa pembelajaran IPS dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok. Dengan menerapkan metode ini diharapkan akan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sebagai upaya perbaikan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan metode ceramah atau pemberian tugas.
Tahapan perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti secara kongkret antara lain adalah sebagai berikut :
1.  Menyusun rencana atau persiapan pengajaran untuk siklus I dan Siklus II dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok.
2.  Menyusun dan menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk masing-masing rencana pengajaran yang digunakan pada siklus I, dan siklus II dibahas dan diselesaikan oleh masing-masing kelompok belajar siswa.
3.  Menyusun dan menyiapkan instrumen Observasi Belajar Siswa untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama menerapkan metode belajar secara berkelompok dalam mata pelajaran IPS.
4.  Menyusun dan menyiapkan Lembar Evaluasi (tes) untuk masing-masing rencana pengajaran yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur hasil belajar siswa dari setiap tindakan yang telah dilakukan
5.  Menyusun dan menyiapkan daftar cek sebagai refleksi dari kegiatan belajar mengajar IPS untuk masing-masing tindakan yang digunakan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan didasarkan atas pendapat dan pandangan siswa tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok.

b)Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan penelitian merupakan pelaksanaan dari perencanaan tindakan yang telah dinunuskan sebelumnya.Pada pelaksanaan tindakan ini memungkinkan guru untuk melakukan intervensi terhadap rencana yang telah dibuat.
Pelaksanaan tindakan penelitian ini menekankan pada penerapan metode belajar secara berkelompok dalam upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan tanpa memberitahukan kepada siswa.
Tindakan Pertama
Pelaksanaan tindakan pertama merupakan aktualisasi dari rencana pengajaran yang telah dirumuskan dan disiapkan sebelumnya.Pelaksanaan pada siklus pertama ini mengambil materi ajar tentang "Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita". Pada pelaksanaan tindakan pertama langkah-langkah yang ditempuh disesuaikan dengan apa yang tercantum dalam rencana pengajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Pelaksanaan tindakan pertama dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas IISD Negeri 4 Kertamukti secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
   Siswa berdo'a dan memberi salam kepada guru, guru mengabsen siswa, dari 22 siswa, dan seluruh siswa hadir semua.
   Guru memberikan arahan dan penjelasan kepada siswa untuk membentuk kelompok yang setiap kelompoknya tidak lebih dari 3 orang siswa. Dalam pengarahan tersebut siswa diberi kebebasan untuk memilih teman kelompoknya.
   Dalam memilih dan menentukan teman untuk belajar secara kelompok, kebanyakan siswa memilih berdasarkan tempat duduk yang berdekatan dengan dirinya, sehingga teman sebangkunya menjadi teman kelompoknya.
   Setelah seluruh siswa yang hadir dengan jumlah 22 orang siswa tersebut, maka terbentuklah 7 kelompok. Mereka terlihat senang dengan raut muka yang berseri-seri karena mendapatkan teman untuk belajar secara berkelompok.
   Karena tak seperti biasa, mereka tampak antusias dan bersemangat untuk memulai pelajaran ketika guru memberi penjelasan tentang materi IPS yang akan dipelajari.
   Dalam menyelesaikan dan menjawab LKS, mereka betul-betul bekerja sama dan serius dalam kelompoknya. Dan tidak mau ketinggalan dengan kelompok lainnya.
   Guru berkeliling ke kelompok-kelompok, sambil membimbing, mengarahkan dan membantu siswa (kelompok) yang kesulitan menyelesaikan LKS-nya.
   Guru mengumpulkan LKS dari setiap kelompok. Kemudian membagikan lembar evaluasi (tes) kepada setiap siswa untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami materi yang telah dipelajari secara berkelompok.
   Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan lembar evaluasi (tes), guru mengumpulkannya, kemudian membagikan daftar cek kepada siswa untuk melihal persepsi siswa tentang kegiatan belajar mengajar yang telah mereka alami.
Analisis dan Refleksi Tindakan Pertama
Setelah guru melakukan tindakan penerapan metode belajar secara bersama untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas II, guru melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan petama tersebut berdasarkan data dan informasi yang berhasil dihimpun selama kegiatan belajar mengajar melalui pengamatan. Data dan informasi yang diperoleh kelompok belajar siswa dalam mengerjakan LKS pada tindakan pertama adalah sebagai berikut :
Prosentasi Hasil Kerja Kelompok Dalam Mengerjakan LKS
Prosentasi hasil kelompok belajar siswa dalam mengerjakan LKS dapat dilihal pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2
Prosentasi Hasil Kerja Kelompok dalam Mengerjakan LKS Pada Tindakan I
Kelompok
Jawaban Soal LKS
Benar
%
Salah
%
Tidak tepat
%
1
3
60,00%
2
40,00%
0
0,00%
2
4
80,00%
0
0,00%
1
20,00%
3
3
60,00%
1
20,00%
1
20,00%
4
2
40,00%
1
1,00%
3
60,00%
5
2
40,00%
2
40,00%
1
20,00%
6
3
60,00%
2
40,00%
0
0,00%
7
4
80,00%
0
0,00%
1
20,00%
Prosentasi
60,00%

20,14%

20,00%

Berdasarkan hasil pekerjaan kelompok dalam mengerjakan LKS pada pelaksanaan tindakan pertama ini ternyata bahwa prosentasi kelompok yang dapat mengerjakan LKS dengan benar adalah 60,0%. Sementara kelompok yang belum dapat mengerjakan LKS dengan benar adalah 20,14%. Sedangkan kelompok yang kurang tepat dalam mengisi LKS adalah 20,00%. Bila menunjuk pada tabel 2 di atas penerapan metode belajar secara berkelompok juga dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa didominasi guru dalam kegiatan belajar mengajamya.

Aktivitas Belalar Sisiwa dalam Mata Pelajaran IPS yang Menerapkan Metode Belajar Secara Berkelompok Pada Tindakan I
Data yang diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas belajar siswa yang telah disiapkan dalam upaya untuk mengungkap dan mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar IPS yang menerapkan belajar secara berkelompok pada pelaksanaan tindakan I.

Tindakan Kedua
Pelaksanaan tindakan kedua juga merupakan aktualisasi dari rencana pengajaran yang telah dirumuskan dan disiapkan sebelumnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari pelaksanaan tindakan pertama. Pelaksanaan tindakan kedua ini materi ajarnya adalah tentang "Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita". Pada pelaksanaan tindakan kedua kegiatan yang dilakukan berdasarkan dengan apa yang telah tercantum dalam pengajaran yang telah dibuat sebelumnya untuk tindakan kedua ini adalah sebagai berikut :
   Siswa berdo'a dan memberi salam kepada guru, kemudian guru mengabsen, dari 22 jumlah siswa, yang hadir 22, sama halnya dengan tindakan pertama
   Guru memberikan pengarahan untuk setiap kelompok tidak lebih dari 3 orang. Pemilihan teman untuk kelompok diserahkan sepenuhnya kepada siswa, dan apabila memungkinkan dalam kelompok itu ada teman dari jenis kelamin yang berbeda.Namun nampaknya dalam memilih teman kelompok dengan jenis kelamin yang berbeda para siswa belum siap.
   Seperti halnya pada tindakan pertama, para siswa memilih teman kelompok berdasarkan tempat duduk yang berdekatan. Dengan bantuan guru akhirnya seluruh siswa dapat tertampung di dalam kelompok belajar walaupun tidak ada satu kelompok pun yang anggotanya berlainan jenis kelamin.
   Dari 22 siswa yang hadir, terbentuk 7 kelompok. Kemudian guru memberikan LKS yang berupa soal kegiatan Latar belakang berdirinya perusahaan asing  untuk pelaksanaan tindakan kedua ini. Setiap kelompok ditugasi untuk membahsa dan menyelesaikan LKS berkenaan dengan sub pokok bahasan tentang menceritakan tentang Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita.
   Dalam menyelesaikan dan menjawab LKS, siswa dalam kelompok betul-betul bekerja satu sama lain bahu membahu dan serius untuk bisa menjawab dan mengisi LKS.
   Seperti halnya pada tindakan pertama, guru berkeliling sambil membimbing, mengarahkan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dan meyelesaikan LKS.
   Selesai mengerjakan LKS guru mengumpulkannya, guru membagikan lembar evaluasi kepada siswa untuk mengetes kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang sudah dipelajari. Guru membagikan daftar cek kepada setiap siswa untuk melihat persepsi siswa tentang kegiatan belajar secara berkelompok yang telah dilaksanakan
Analisis dan Refleksi Tindakan kedua
Setelah guru melakukan tindakan kedua dengan menerapkan metode tentang belajar secara berkelompok dalam mata pelajaran IPS dengan sub pokok bahasan tentang Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita dalam kehidupan sehari-hari, guru melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan kedua berdasarkan data dan informasi yang berhasil dihimpun. Data dan informasi yang diperoleh kelompok belajar siswa dalam mengerjakan LKS pada tindakan kedua adalah sebagai berikut :

1.  Prosentasi Hasil Kelompok dalam Mengerjakan LKS
     Prosentasi hasil kelompok dalam mengerjakan LKS dapat dilihat pada tabel 3 dengan didasarkan atas standar penilaian bahwa kelompok yang benar dalam menyelesaikan LKS diberi bobot 100%. Sementara yang masih belum dapat menyelesaikan dengan benar diberi bobot sesuai dengan tingkat kebenarannya, misalnya 50% apabila pengisiannya dianggap setengah (½) benar, 75% apabila pengisiannya dianggap tiga per empat (¾) benar.
Tabel 3
Prosentasi Hasil Kerja Kelompok dalam Mengerjakan LKS Pada Tindakan I
Kelompok
Jawaban Soal LKS
Benar
%
Salah
%
Tidak tepat
%
1
2
66,67%
0
0,00%
1
33,33%
2
2
66,67%
0
0,00%
1
33,33%
3
2
66,67%
1
33,33%
0
0,00%
4
2
66,67%
1
33,33%
0
0,00%
5
1
33,33%
1
33,33%
1
33,33%
6
2
66,67%
0
0,00%
1
33,33%
7
2
66,67%
1
33,33%
0
0,00%
Prosentasi
61,91%

19,05%

19,05%

2.  Hasil Perolehan Nilai Siswa pada Tindakan II
     Data pembaharuan siswa terhadap materi ajar tentang Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok diperoleh dari hasil evaluasi belajar yang berupa tes uraian setelah pelaksanaan tindakannya.
Penilaian hasil belajar siswa didasarkan atas standar penilaian jawaban terhadap soal tes yang berjumlah 3 butir.Setiap butir soal apabila dijawab dengan benar diberi nilai 2 (dua).Sedangkan jawaban yang kurang tepat diberi nilai 1 (satu), dan jawaban yang salah diberi nilai 0 (nol).
Bahwa penerapan metode belajar secara berkelompok dapat dikatakan cukup efektif untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas IISD Negeri 4 Kertamukti.Terbukti dengan hasil tes yang telah dicapai siswa. Prosentasi daya serap siswa dalam sub pokok bahasan tentang "Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita”.

Aktivitas Belajar Siswa dalam Mata pelajaran IPS yang Menerapkan Metode Belajar Secara Berkelompok Pada Tindakan II
Data tentang aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan metode belajar secara berkelompok diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas belajar siswa yang telah disiapkan dalam upaya untuk mengungkap dan mengetahui aktivitas belajar siswa selama pelaksanaan tindakan II.
b. Pembahasan
Dari hasil penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode belajar secara berkelompok dalam mata pelajaran IPS di Kelas IISD Negeri 4 Kertamukti diperoleh hasil temuan sebagai berikut :
1.    Gambaran tentang Pemilihan Teman dalam membentuk Kelompok Belajar
Sebagaimana terungkap pada pelaksanaan tindakan I dan Tindakan II, guru sebelum memulai kegiatan belajar mengajar IPS dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok memberikan arahan dan penjelasan kepada siswa untuk membentuk kelompok belajar yang setiap kelompoknya tidak lebih dari 3 orang.Dalam pengarahan yang diberikan guru, siswa diberi kebebasan dan keleluasaan untuk memilih dan menentukan teman kelompoknya sendiri sesuai dengannya.
Pada siklus I, dari siswa 22 yang hadir terbentuk 7 kelompok belajar.Siswa yang sudah mendapatkan teman kelompok belajar tampak raut muka yang berseri-seri, gembira dan senang, sedangkan mereka yang belum mendapatkan teman kelompoknya tampak bingung untuk memilih teman kelompoknya.
Pada siklus II, dari siswa 22 yang hadir, juga terbentuk 7 kelompok belajar.Walaupun guru memberikan pejelasan dan pengarahan bahwa dalam pemilihan dan pembentukan kelompok belajar, siswa disarankan boleh untuk membentuk kelompok yang anggotanya berlainan jenis kelamin.Akan tetapi siswa nampaknya tidak mau memilih atau menentukan anggota kelompok yang berlainan jenis kelamin, sehingga tak satupun kelompok yang anggotanya berlainan jenis kelamin.

2.    Gambaran tentang Keterampilan-keterampilan yang Dikembangkan Siswa
Dari pelaksanaan penelitian tindakan I dan tindakan II terungkap pendapat dan sikap siswa dari daftar cek yang dibagikan dan diisi oleh seluruh siswa yang hadir, aspek-aspek yang berkenaan dengan keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan siswa ketika belajar bersama dalam kelompok. Tabel 4 di bawah ini adalah prosentasi jawaban siswa terhadap daftar cek yang di dalamnya mengandung aspek-aspek tentang keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan siswa ketika siswa belajar secara berkelompok sebagai berikut :
Tabel 4
Prosentasi Jawaban Siswa Terhadap Daftar Cek Pada Siklus I dan Siklus II
No
Aspek Yang Dikembangkan
Siklus I
Siklus II
Tidak pernah
Kadang-kadang
Selalu
Tidak pernah
Kadang-kadang
Selalu
1
Menyampaikan pendapat dalam kegiatan belajar secara berkelompok
0
21,62
78,38
0
8,11
91,89
2
Pendapat siswa yang salah dijawab oleh teman anggota kelompoknya
27,03
43,24
29,73
16,22
45,95
37,84
3
Berbagi pengalaman dengan sesama anggota kelompok
5,41
27,03
67,57
0
16,22
83,78
4
Menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang diberikan
10,31
37,84
51,35
0
16,22
83,78

Pada siklus I dari 22 orang siswa yang hadir siswa menjawab "selalu" menyampaikan pendapatnya ketika belajar secara berkelompok, prosentasinya adalah 78,38%. Sementara yang menjawab "kadang-kadang" prosentasinya 21,26%, dan yang menjawab "tidak pernah" prosentasinya 0%. Dengan perolehan prosentasi sebesar ini, siswa selama belajar bersama dalam kelompok dapat mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan pendapat. Selain itu juga siswa mendapat keterampilan lain yaitu menghargai pendapat orang lain, walaupun pendapat itu salah. Karena dalam daftar cek yang dibagikan kepada siswa terdapat pertanyaan tentang "pendapat siswa yang salah dijawab oleh teman anggota kelompoknya". Jawaban siswa terhadap pertanyaan ini adalah "selalu" prosentasinya 29,73%, "kadang-kadang" 43,24% dan "tidak pernah" prosentasinya 27,03%.
Sementara itu aspek keterampilan berbagi pengalaman dengan sesama anggota kelompok yang menjawab "selalu" adalah 67,57%, "kadang-kadang" 27,03% dan menjawab "tidak pernah" 5,41%. Sedangkan aspek keterampilan menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan, siswa yang menjawab selalu prosentasinya 51,35% yang menjawab "kadang-kadang" 37,84% dan menjawab "tidak pernah" prosentasinya adalah 10,81 %.
Pada siklus II pendapat dari 22 orang siswa yang hadir siswa menjawab "selalu" menyampaikan pendapatnya ketika belajar secara berkelompok.prosentasinya adalah 91,89%. Sementara yang menjawab "kadang-kadang'" prosentasiuya 24,11%, dan yang menjawab "tidak pernah" adalah nihil. Sedangkan keterampilan lain yaitu menghargai pendapat orang lain walaupun pendapat itu salah. Jawaban siswa terhadap pertanyaan ini adalah "selalu” prosentasinya 37,84%, "kadang-kadang" 45,95% dan "tidak pernah-prosentasinya 16,22%. Sementara itu aspek keterampilan berbagi pengalaman dengan sesama anggota kelompok yang menjawab "selalu" adalah 83,78%. "kadang-kadang" 16,22% dan menjawab "tidak pernah" 0%. Dan aspek keterampilan menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan, siswa yang menjawab selalu prosentasinya 83,78% yang menjawab "kadang-kadang" 16,22% dan menjawab "tidak pernah" prosentasinya adalah 0%.
3.    Gambaran Tentang Aktivitas Belajar Siswa dalam Belajar Berkelompok
Berdasarkan pelaksanaan tindakan I dan II aktivitas belajar siswa selam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menerapkan belajar secara berkelompok dapat digambarkan sebagai berikut.
Siklus I, setelah setiap kelompok mendapatkan masing-masing LKS, setiap kelompok ditugasi untuk membahas dan meyelesaikan LKS dengan merujuk pada arti tindakan ekonomi tersebut.Buku sumber IPS Kelas II SD dapat digunakan untuk membantu mengisi LKS tentang pokok bahasan Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita.Pada mulanya hampir seluruh siswa hening sambil memperhatikan soal yang ada di LKS tersebut sambil memperhatikan penjelasan guru. Namun beberapa saat kemudian siswa mulai berinteraksi sesama anggota kelompoknya, ada yang memperhatikan dan membaca apa tujuan dari soal yang dimaksud, ada siswa yang memegang dan memperhatikan LKS, dan ada juga siswa yang membuka-buka buku IPS Kelas II, serta ada juga yang memegang sambil memperhatikan dan mengamati gambar yang ada di LKS. Tentunya mereka selama melakukan aktivitas tersebut tidak diam saja, tetapi mereka melakukan kegiatan tersebut sambil bercakap-cakap dan berinteraksi satu sama lainnya. Dalam menyelesaikan dan menjawab LKS, siswa membantu satu sama lain untuk dapat menjawab soal-soal yang terdapat dalam LKS, tidak mau ketinggalan dengan kelompok lainnya. Aktivitas siswa dalam belajar adalah melahirkan interaksi dengan sesama teman untuk dapat menyelesaikan LKS dengan merujuk pada obyek untuk diamati dan juga terlibat sumber belajar lain yaitu buku sumber IPS Kelas II untuk dapat menyelesaikan LKS. Sementara aktivitas guru guru memfasilitasi dan membantu siswa dengan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain sambil mengarahkan dan membantu kelompok yang kesulitan menjawab LKS.
Siklus II, guru memberikan LKS berupa gambar yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan pokok bahasan kepada 22 orang siswa yang hadir. Seperti halnya pada siklus I buku IPS Kelas II menjadi buku sumber pada pokok bahasan tentang Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita, dan guru berkeliling untuk mengarahkan dan membantu kelompok yang kesulitan dalam mengisi LKS.
Berikut adalah tabel yang menunjukan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan metode belajar secara berkelompok selama pelaksanaan tindakan I dan II.
Tabel 5
Prosentase aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I dan II
No
Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I
Siklus II
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
1
Disiplin
0%
75,86%
24,32%
0%
24,32%
75,68%
0%
0%
2
Motivasi/Semangat belajar
8,11%
56,76%
32,43%
2,7%
21,62%
78,38%
0%
0%
3
Perhatian Siswa
10,81%
56,76%
29,73%
2,7%
13,51%
83,78%
2,7%
0%
4
Komunikasi Siswa
5,41%
78,38%
16,22%
0%
13,51%
86,49%
0%
0%
5
Kerjasama Siswa
24,32%
64,86%
8,11%
0%
27,03%
86,49%
0%
0%
6
Aktivitas Belajar Individu
18,92%
40,54%
37,84%
0%
29,73%
67,57%
2,7%
0%
7
Aktivitas Belajar Kelompok
29,73%
67,57%
2,7%
0%
62,16%
37,84%
0%
0%
8
Tanggungjawab Siswa
5,41%
83,78%
8,11%
0%
16,22%
83,78%
0%
5,41%

Pada siklus I, dari jumlah siswa 22 orang yang dijadikan sampel, prosentasi siswa yang menunjukan aktivitas "disiplin" tinggi sebesar 75,68%, "sedang" 24,32%. Pada prosentasi siswa yang motivasi/semangat belajarnya "sangat tinggi" sebesar 8,11%, "tinggi" 56,76%, "sedang" 32,43% dan "rendah" 2,70%. Aktivitas siswa yang menunjukan perbaikan siswa "sangat tinggi" adalah sebesar 10,81%, "tinggi" 56,76%, "sedang" 29,73% dan 2,70% pada perhatiannya "rendah". Pada komunikasi yang menunjukan "sangat tinggi" prosentasinya 5,41%, "tinggi" sebesar 78,38% dan "sedang" 16,22%. Sementara aktivitas belajar siswa yang menunjukan kerja sama yang "sangat tinggi" prosentasinya adalah 24,32%, "tinggi" 64,86%, "sedang" sebesar 8,11%, sedangkan prosentasi siswa yang menunjukan aktivitas belajar individunya "sangat tinggi" sebesar 40,54%, "sedang" sebesar 37,84%, sementara aktivitas belajar kelompoknya "sangat tinggi" prosentasinya sebesar 29,73%, "tinggi" 67,57%, "sedang" hanya sebesar 2,70%. Aktivitas belajar siswa yang bertanggung jawab "srngat tinggi" sebesar 5,41%, "tinggi" sebesar 83,78% dan "sedang" hanya 8,11%.
Pada Siklus II, prosentasi siswa yang menunjukan aktivitas disiplin "sangat tinggi" sebesar 24,32%, "tinggi" sebesar 75,68%. Pada prosentasi siswa yang motivasi/semangat yang menunjukan "sangat tinggi" sebesar 21,62%, `'tinggi" 78,38%. Aktivitas siswa yang perhatian siswa "sangat tinggi" adalah sebesar 13,51%, "tinggi" 83,78%, "sedang" 2,70%. Pada komunikasi yang menunjukan "sangat tinggi" prosentasinya 13,51%, "tinggi" sebesar 86,49%. Sementara aktivitas belajar siswa yang menunjukan kerja sama yang "sangat tinggi" prosentasinya adalah 27,03%, "tinggi" 86,49%. Sedangkan prosentasi siswa yang menunjukan aktivitas belajar individunya "sangat tinggi" sebesar 29,73%, "tinggi 67,57%, dan prosentasi "sedang" sebesar 2,70%, sementara aktivitas belajar kelompoknya "sangat tinggi" prosentasinya sebesar 62,16%, "tinggi" 37,84%. Aktivitas belajar siswa yang bertanggung jawab "sangat tinggi" sebesar 16,22%, "tinggi" sebesar 83,78%.

4.   Gambaran Tentang Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPS
Dari pelaksanaan tindakan I dan tindakan II yang menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok dalam mata pelajaran IPS di Kelas II, SD Negeri 4 Kertamukti diperoleh gambaran sebagai berikut :
Tabel 6
Prosentasi Perolehan Nilai Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II
No Soal
Nilai
Siklus I
Siklus II
1
2
54,05%
91,89%
1
2,7%
5,41%
0
43,24%
2,7%
2
2
75,68%
78,38%
1
8,11%
16,22%
0
16,22%
5,41%
3
2
72,97%
81,08%
1
2,7%
13,51%
0
24,32%
5,41%
4
2
70,27%

1
5,41%

0
24,32%

5
2
64,85%

1
5,41%

0
29,73%


Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pada siklus I siswa yang mendapat nilai 2 atau jawaban siswanya "benar" mencapai 67,57% dari 22 siswa yang mengikuti tes. Sementara siswa yang mendapat nilai 1 atau menjawab "kurang tepat" prosentasinya mencapai 4,87%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 0 (nol) atau "salah" prosentasinya 27,57%. Pada silkus II, siswa yang mencapat nilai 2, perolehan nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 8378%. Sementara itu siswa yang mendapat nilai 1 atau "kurang tepat" meningkat dari sebanyak 4,87% menjadi 11,71%, sedangkan yang mendapat 0 (nol) menurun dari 27,57% menjadi 1%.
I.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melakukan penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Kelas IISD Negeri 4 Kertamukti Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis, maka dapat diambil kesimpulan.
1.      Pemilihan atau penentuan teman dalam membentuk kelompok belajar adalah didasarkan atas tempat duduk yang berdekatan. Teman yang duduk satu bangku dengan sendirinya menjadi teman kelompok. Kemudian pemilihan teman anggota kelompok belajar dan pemilihan satu orang teman lainnya lagi teman yang paling berdekatan dengan siswa tersebut.
2.      Keterampilan-keterapilan yang dikembangkan ketika siswa belajar secara bersama-sama dalam kelompok berdasarkan pendapat dan sikap siswa yang terungkap dari daftar cek yang diisi oleh seluruh siswa berkenaan aspek-aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4 di atas.
3.      Aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menerapkan metode belajar secara berkelompok dalam mata pelajaran IPS menunjukkan peningkatan seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.
4.      Perolehan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS yang menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok menunjukan peningkatan yang signifikan berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti ditunjukkan oleh tabel 6.

J.      Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1999), Penyempurnaan Penyesuaian Kurikulum1999, Jakarta, Depdikbud
IKIP Bandung, 1997, Seminar dan Lokakarya Pedoman P'engembangan Penelitian, Bandung, IKIP
Kasbolah, Kasihani, 1998/1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Ditjen Dikti, Depdikbud
Permana J, dan Sumantri M, 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Ditjen Dikti, Depdikbud
Rasyidin, Waini, 2000, Layanan Mutu Guru Dalam Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran Siswa SD, Bandung, Laporan Penelitian: Tidak diterbitkan
Satori, Djam'an, 1997, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Perbaikan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Seminar dan Lokakarya Pedoman Pengembangan Penelitian, Hal 34-56
Semiawan, Conny et. Al, 1985, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, Jakarta, PT Gramedia
Sudjana, Nana dan Arifin Daeng, 1988, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar, Bandung, Sinar Baru
Wellton DA Mallan, 1988, Children and Their World, Strategic for Teaching Social Studies, Boston Houston: Mifflin Company
Kurnidar et. AL, (2002, Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1: Untuk Sekolah Dasar Kelas 3 Bandung, PT Sarana Panca Karya Nusa .
Undang-undang Nomor 20, 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung, Fokusmedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar